Jumat, 06 Januari 2012

Menghitung Kecepatan Malaikat Jibril dengan Rumus Dilatasi Waktu Einstein (Part 2)

 
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama :
"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (Al Qur'an, 23:122-114)

Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur'an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M
nah, dari mana rumus itu muncul???, 

TIME DILATION
(Pemuluran Waktu)




Berdasarkan Gambar diatas  bisa di jelas kan Waktu selalu berjalan dalam kecepatan yang konstan. Einstein tidak berpikir demikian. Ide dia adalah semakin kita mendekati kecepatan cahaya, semakin lambat waktunya relatif dibandingkan kondisi orang yang tidak bergerak.

 Dia menyebutnya melambatnya waktu karena gerakan.. Bayangkan kamu berdiri di bumi, memegang jam dan teman baikmu ada di dalam roket dengan kecepatan 250.000km/detik. Temanmu juga memegang sebuah jam. Kalau kamu bisa melihat jam yang dibawa temanmu, kamu akan melihat bahwa jam itu tampak berjalan lebih lambat daripada jam kamu. Sebaliknya temanmu akan merasa jam yang ia bawa berjalan biasa2 aja (tidak melambat), dia pikir malah jam kamu yang tampak berjalan lebih lambat.

Einstein memberikan contoh untuk menunjukan efek perlambatan waktu yang dia sebut “Paradoks kembar”, Mari kita mencobanya dengan menganggap ada 2 orang kembar bernama Eyne dan Stine. Dua2nya kita anggap berumur 10 tahun.

Eyne memutuskan dia sudah bosan di bumi dan perlu liburan. Dia mendengar bahwa ada hal yang menarik di sistem bintang Alpha3, yang berjarak 25 tahun cahaya. Stine yang harus mengikuti ujian matematika minggu depan, harus tinggal di rumah untuk belajar. Jadi Eyne berangkat sendiri. Ingin sampai secepatnya di sana, dia memutuskan untuk berjalan dengan kecepatan 99,99% kecepatan cahaya. Perjalanan ke sistem bintang itu bolak balik membutuhkan waktu 50 tahun. Apa yang terjadi ketika Eyne kembali? Stine sudah 60 tahun, tapi Eyen masih berumur 10 ½ tahun. Bagaimana mungkin? Eyne sudah pergi selama 50 tahun tapi hanya bertambah umur ½ tahun!

Ide Einstein tentang waktu yang melambat tampak benar dan semua adalah teori, tapi bagaimana kamu tahu kalau dia benar? Salah satu cara adalah dengan naik roket dan memacu roket itu mendekati kecepatan cahaya. Tapi sampai saat ini, kita belum bisa melakukannya. Tapi ada satu cara untuk mengetestnya.

Bagaimana kita tahu kalau Einstein tidak salah? Percobaan ini mungkin bisa memberikan penjelasan atas idenya.

Jam atom adalah jam yang sangat akurat, bisa mengukur satuan waktu yang sangat kecil. Sepersejutaan detik bisa diukur. Di tahun 1971, ilmuwan menggunakan jam ini untuk mengetest ide Einstein. Satu jam atom diset di atas bumi, dan satu lagi dibawa keliling dunia menggunakan pesawat jet dengan kecepatan 966 km/jam. Pada awalnya kedua jam itu diset agar menunjukan waktu yang sama.

Apa yang terjadi ketika jam dibawa mengelilingi dunia dan kemudian kembali ke titik di tempat jam satunya lagi berada? Sesuai perkiraan Einstein, kedua jam itu sudah tidak menunjukan waktu yang sama. Jam yang sudah dibawa keliling dunia, menunjukan keterlambatan waktu seperberapa juta detik! Kamu mungkin bertanya kenapa kok bedanya begitu kecil? Yah, 966 km/jam cukup cepat, tapi masih belum mendekati kecepatan cahaya. Untuk melihat perbedaan waktu yang signifikan, kamu harus melaju dengan sangat lebih cepat.

Menurut Teori Relativitas Khusus, ruang dan waktu tidak absolut, melainkan relatif. Artinya, ruang dan waktu berbeda untuk setiap orang. Bagaimana seseorang mengalami kejadian dalam ruang dan waktu bergantung pada dua hal : di mana orang tersebut mengamatinya dan seberapa cepat ia bergerak bila dibandingkan dengan kecepatan cahaya.

Einstein mengamati bahwa kecepatan cahaya adalah konstan pada 299 ribu kilometer per detik. Kecepatan cahaya itu tidak akan berbeda, meskipun diamati oleh dua orang dari dua titik pengamatan yang berbeda.

Sesuai dengan rumus, kecepatan (v) adalah jarak (s) dibagi waktu (t). Jika v adalah konstan, t dan s-lah yang seharusnya berubah-ubah. Salah satu konsekuensi adalah bahwa jam yang ada di dalam sesuatu yang bergerak selalu berdetak lebih lambat ketimbang jam yang diam di tempat.

Dari sini muncul hipotesis yang terkenal ”Paradoks kembar". Sepasang kembar dipisahkan, seorang menjadi astronot diterbangkan dengan roket berkecepatan tinggi menjelajahi galaksi dan kembali ke bumi, yang lain tinggal di bumi. Meskipun kecepatan roket mendekati kecepatan cahaya, butuh 10 ribu tahun bagi astronot itu menjelajah galaksi dan kembali ke titik tertentu di bumi. Karena geraknya relatif tinggi, usia astronot itu lebih lama ketimbang orang lain yang tinggal di bumi. Astronot akan kembali ke bumi hanya lebih tua beberapa tahun dari waktu ia meluncur. Sementara itu, saudara kembarnya sudah lama meninggal.

Jadi bisa disimpulkan berdasarkan Teori yang kita pelajari tadi, waktu itu ada dalam setiap titik cahaya yang bergerak secara beraturan. titik cahaya ini tidak terikat oleh keadaan psikis alam, tetapi dia bergantung pada intensitas cahaya yang ada. bumi berhasil membengkokkan cahaya tersebut dengan gravitasinya sehingga di bumi ini terbentuklah sebuah satuan waktu. namun, di tempat planet lain, kita akan berbicara lain akan teori waktu dimana pasti akan kita sesuaikan dengan gravitasi masing-masing tempat. apakah benar waktu bisa kita tarik-ulur? jawabnya bisa saja. kita bisa menjadi raja waktu, dimana kita bisa merubah proses waktu ini menjadi simetris atau tidak simetris tergantung dari neraca ukuran waktu yang dipakai. waktu psikis jangan dijadikan patokan terhadap waktu realistis secara pengukuran karena waktu psikis hanya terikat pada emosional seseorang. namun, untuk menjadi sebuah peniliti yang mampu utnuk mengungkapkan sebuah hipotesa maka dia harus mengacu pada waktu yang sesungguhnya yang tercipta dari lengkungan-lengkungan gelombang elektromagnetik yang bergetar-bergelombang secara harmoni.

Waktu Ibarat Pedang, bila kamu tidak pandai memanfaatkan waktu, kamu pasti akan di tebas oleh waktu. Manfaatkan waktu sebaik mungkin, Demi waktu.  Kata Al-Quran, Manusia pasti merugi kecuali orang beriman dan berbuat sesuatu yang positif untuk diri sendiri dan orang lain.



by : Bagas Wahyudha (KIR SMAN 15 Bekasi)

0 komentar:

Posting Komentar

kritik dan saran selalu kamu terima

 

Kelompok Ilmiah Remaja Bekasi (KIRSI) © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates